Kuriding (atau ada juga yang
menyebutnya Guriding) adalah alat musik tradisional asli buatan nenek moyang urang
Banjar. Kuriding bisa terbuat dari pelepah enau, bambu ataupun kayu dengan bentuk
kecil, dan memiliki alat getar (tali) serta tali penarik. Dimainkan dengan cara
ditempelkan di bibir sambil menarik gagang tali getar yang akan menghasilkan
bunyi. Dengan ritme tertentu, bunyi yang dihasilkan akan terdengar sangat indah
dan merdu.
Mitos asal-usul kuriding
menarik untuk disimak. Syahdan, Kuriding adalah milik seekor macan di hutan
Kalimantan Selatan. Suatu ketika, sang macan meminta anaknya untuk memainkan
guriding. Namun, sang anak justru mati karena tenggorokannya tertusuk guriding.
Akibatnya sang macan mewanti-wanti agar anak keturunannya tidak lagi memainkan
guriding.
Dalam perkembangannya, mitos tersebut
menjadi dasar cerita rakyat yang beredar pada masyarakat Banjar, bahwa kuriding
dipercaya sebagai alat ampuh untuk mengusir macan. Urang Banjar dahulu juga
menggantungkan atau meletakkan Kuriding di atas tempat tidur anak-anak mereka,
sebagai simbol penolak bala.
Dalam kehidupan sosial dan budaya urang Banjar, kuriding memiliki fungsi guna yang beragam. Yaitu sebagai alat untuk pelipur lara di kala sepi dan melepas lelah usai bekerja di kebun atau di hutan, sebagai alat untuk mengingatkan mereka akan leluhur dan sebagai media yang disakralkan.
Fungsi-fungsi tersenut masih
dipercaya oleh sebagian masyarakat Banjar hingga kini. Akan tetapi, sudah
sangat jarang ada yang memainkan atau menyimpannya, kecuali mereka yang masih
peduli dengan budaya tradisi.
Keberadaan Kuriding saat ini
sangat memprihatinkan, bahkan hampir punah. Kuriding kini hanya dimainkan oleh
generasi tua yang tinggal di kawasan pedesaan. Generasi muda Banjar, sudah
enggan memainkan Kuriding. Karena selain di anggap sudah ketinggalan zaman,
para generasi muda di Banua lebih senang memainkan alat musik modern.
Kuriding atau Guriding
merupakan peninggalan leluhur yang telah turut menyumbang kekayaan budaya di
Kalimantan Selatan ini mestinya terus dipelihara. Mengingat keberadaannya yang
memprihatinkan dan ini merupakan satu pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah
daerah serta para pemerhati budaya untuk menyelamatkan Kuriding/Guriding dari
kepunahan.
Alat musik Kuriding termasuk
dalam kategori alat musik "Jew's Harp" yang diduga merupakan alat
musik paling tua yang ada di dunia. Sebarannya bukan hanya di Asia, namun juga
terdapat di Benua Eropa, dengan nama yang berbeda-beda dan bahan beragam. Dari
sisi produksi suara, tak jauh berbeda, hanya cara memainkannya saja yang
sedikit berlainan. Ada yang di trim (di
getarkan dengan di sentir), di tap ( dipukul) dan ada pula yang di tarik dengan
menggunakan benang seperti Kuriding.
Di daerah lain di Indonesia juga ada alat musik sejenis Kuriding yang saat ini
kondisinya juga sudah sangat langka. Alat
musik seperti itu terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta, biasanya dimainkan
saat menjelang musim panen padi tiba dan dikenal dengan nama
"Rinding".
Saat alat musik tersebut dimainkan,
akan terdengar alunan nada bunyi yang unik dari bambu pipih yang ditiup dan
bambu bulat yang dipukul.
Di Sunda, alat musik sejenis Kuriding
dikenal dengan nama "Karinding". Alat musik tersebut sudah di kenal
dalam kehidupan masyarakat di tatar Sunda sejak abad ke-15. Dalam Bahasa Sunda,
penyebutan Karinding juga merujuk pada Kakarindingan, yaitu sejenis serangga
bersuara nyaring yang hidup di air sawah. Saat ini, Karinding dapat dijumpai di
Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Di Pulau Dewata, Bali, alat
musik sejenis Kuriding dinamakan "Genggong". Tradisi genggong dapat
ditemui di Desa Batuan, Gianyar. Genggong dimainkan sebagai pengiring tari,
yaitu tari Kodok dan sebagai sajian musik instrumental.
Kuriding Hampir Punah
Penyelamatan kuriding perlu
dan harus segera dilakukan. Karena banyak sudah contoh alat musik sejenis di derah
lain yang sekarat dan hampir punah, namun ada pula yang begitu pesat
kemajuannya. Kita patut belajar banyak dan terus menggali informasi bagaimana
di daerah lain yang mana alat musik sejenis kuriding bisa jauh lebih dikenal.
Tentunya perlu usaha semua
pihak untuk pelestariannya, termasuk kita generasi muda Banjar sebagai pewaris
budaya yang patut dibanggakan. Kuriding dapat saja di kolaborasikan dengan
alat-alat musik modern, sehingga menghasilkan karya musik yang sesuai dengan
selera anak muda saat ini.
Penggiat seni di Taman Budaya Kalsel, kuriding
mulai digunakan dalam beberapa pementasan baik itu pementasan musik, sastra
maupun theater, dengan harapan kuriding menjadi alat musik yang sama dalam hal
penggunaannya dengan alat musik modern ataupun alat musik tradisional lainnya.
Di Sumatra Utara, ada alat
musik sejenis Kuriding dengan nama Saga-saga. Dari informasi yang kami dapatkan,
sudah tidak ada lagi pembuat dan orang yang memainkannya. Semoga hal itu tidak
terjadi dengan kuriding.
Di Jawa Barat ada Karinding
yang melalui peran Abah Olot, kini banyak dikenal. Ada pula Asep Nata yang
membuat Karinding Towel. Karinding kini bisa bersanding dan dimainkan bersama
alat musik modern.
(Sumber : pusatkajiankebudayaanbanjar.com, Julak Larau dan Google Image)